Kemana kalian para Marhaenis?
Shalom
Om Swastiastu
Salam Sejahtera untuk kita semua
Merdeka!
Marhaenis? Apa itu marhaenis? Siapa itu marhaenis? Adakah pertanyaan itu timbul di benak kawan kawan ketika membaca judul dari artikel ini? Kalau iya maka mari izinkan saya untuk sedikit mengulas tentang apa itu Marhaenis. Marhaenis jika ditinjau secara epistemologis dan historis berasal dari kata “Marhaen” yang dicetuskan pertama kali oleh Founding Father bangsa kita sang Proklamator Bung Karno. Marhaenis adalah sebutan bagi mereka yang memperjuangkan hak hak para kaum tertindas yang disebut sebagai Marhaen dengan jalan perjuangan Marhaenisme. Lalu siapa itu Marhaen? Dulu pada saat masa masa penjajahan kolonialisme Soekarno muda bertemu dengan seorang petani di daerah Jawa Barat di sela sela perkuliahan nya. Ia bertemu dengan Pak Marhaen, iya adalah petani yang memiliki lahan dan juga alat produksi tapi keadaan hidup keluarga nya tidak sejahtera karena sistim kolonial pada saat itu. Singkatnya muncullah paham Marhaenisme milik Soekarno ini yang digunakan sebagai ideologi pembelaan terhadap kaum kaum Marhaen yang tertindas.
Ideologi Marhaenisme ini sebelum dan sesudah Indonesia Merdeka sempat digunakan oleh beberapa golongan seperti Partai, Ormas, dan juga OKP sebagai ideologi perjuangan. Sampai detik ini pun Marhaenisme ini masih menjadi ideologi perjuangan. Akan tetapi, melihat keadaaan yang ada pada saat ini terkhususnya melihat pada salah satu organisasi yang saya geluti dan juga berideologi Marhaenisme ada sedikit ah tidak sedikit, ada banyak pembiasan terhadap Marhaenisme itu sendiri sebagai ideologi perjuangan yang ketika dilahirkan dari rahim pikiran Soekarno adalah tujuan nya untuk membebaskan rakyat rakyat atau para marhaaen yang tertindas oleh sistem. Saya tidak berniat mempertanyakan Marhenisme itu sendiri, atau mempertanyakan pola gerakan dari organisasi yang senada di tempat lain, karena apa yang saya tuliskan disini adalah murni pertanyaan bagi saya dan mungkin bagi kawan kawan seperjuangan saya.
Berjuang untuk diri sendiri
Marhaenis adalah pemimpin bagi para kaum marhaen rakyat kecil yang diperjuangkan hak nya demi kesejahteraan, keadilan, dan kemakmuran. Tapi , yang saya lihat setelah hampir 3 tahun saya berorganisasi dan berdinamika pada saat ini adalah sangat jauh dari kata perjuangan. Marhaenisme memiliki asas perjuangan dan organisasi juga memiliki asas perjuangan, harusnya bagi mereka yang menganut paham Marhaenisme dan juga tergabung dalam organisasi pergerakan yang memakai Marhaenisme sebagai pisau pergerakan haruslah menggunakan asas tersebut menerapkan dan mengimplementasikannya demi Marhaen itu sendiri. Akan tetapi, apa yang terjadi pada dewasa kini justru sangat jauh dari harapan, memang para marhaenis ini berjuang tapi yang saya lihat dan saya alami justru perjuangan yang digaungkan ini hanya untuk diri sendiri bukan kepentingan kelompok yang harus dibela. Berjuang untuk diri sendiri itu seperti apa? Contohnya sangat banyak, perjuangan untuk karir dan masa depan sendiri, masih berjuang tapi niat awalnya adalah bukan untuk menciptakan perubahan yang lebih baik terhadap kaum yang dibela tetapi untuk diri nya sendiri nanti di masa depan, terkesan paradoks memang tapi itulah kenyataannya, memang yang saya lihat sangat berat tugas bagi para Marhaenis, mereka harus memperjuangkan hak hak para Marhaen dengan asas Marhaenisme dalam artian ada hal yang juga harus dikorbankan oleh Marhaenis itu sendiri, tak masalah memang jika berjuang sekaligus menata karir masa depan, tetapi yang jadi permasalahan adalah pembagian fokus yang terkadang justru berat sebelah, koar koar membela Marhaen tapi hanya untuk gimmick agar terlihat hebat dan berilmu.
Hanya Ikut-ikutan!
Setiap tahunnya organisasi kader yang saya ikuti selalu berusaha untuk mencari bibit-bibit kader baru untuk meneruskan roda perjuangan dan pergerakan Marhaenisme ini dan setiap tahun selalu terbukti dengan banyak juga yang mau masuk dan menjadi anggota baru. Tidak sulit sepertinya jika anggota sebuah organisasi yang lumayan banyak dengan asas perjuangan yang sangat paten untuk bergerak dan setidaknya membawa perubahan bagi lingkungan teritorial organisasi tersebut, ratusan anggota yang pasti memiliki pemikiran pemikiran yang brilian guna perjuangan marhaenis tentu akan membawa dampak signifikan jika diimplementasikan sesuai asas gerakan yang ada. Tapi nyatanya? Ya, perekrutan anggota baru seakan hanya sebagai ajang Tahunan yang wajib diadakan agar organisasi tidak mati, biar sama dengan OKP lain dan justru terkesan saingan siapa yang memiliki anggota baru terbanyak dengan tanpa filterisasi calon anggota yang ketat. Bukan maksud mengada-ada, tapi janganlah menutup mata, banyak para calon anggota atau yang sudah jadi anggota atau bahkan yang sudah tingkat kader ikut dan masuk kedalam organisasi hanya karena ikut-ikutan, ikut teman yang banyak dalam organisasi tersebut, ikut karena tawaran yang menggiurkan, ikut karena mau eksistensi, atau ikut karena memang terjebak. Tiga tahun saya berorganisasi hampir ratusan anggota yang sudah direkrut, dan yang pernah saya tanyakan tentang narasi kenapa mau bergabung di organisasi Marhaenis ini mereka menjawab dengan beragam jawaban tapi belum ada yang memang mampu menyentuh hati saya. Ikut teman, karena teman satu tongkrongan masuk semua kedalam organisasi ini, ikut karena ada tawaran menggiurkan untuk mendapatkan jabatan pada organisasi internal kampus, dan ikut karena mengejar eksistensi dari organisasi tersebut. Tak salah jika pada akhirnya banyak yang menghilang setelah perekrutan anggota baru ini karena memang niat awal masuk ke dalam organisasi dengan cita cita yang tinggi dan mulia ini hanya bermodalkan ikut-ikutan.
Kemana Kalian Para Marhaenis?
Menyatakan diri siap bergabung, siap menjalankan cita cita perjuangan Soekarno untuk kaum marhaen, memasang foto profil yang menunjukan bahwa dirinya kaum marhaenis, selalu mengutip kata kata perjuangan Soekarno, tapi tidak mau berjuang bagi marhaen itu sendiri. Satu hal yang harus kalian ingat dan tanam setelah hendak mengambil kesimpulan dari tulisan ini, saya menulis ini adalah untuk tamparan bagi saya sendiri dan juga bagi kawan-kawan seperjuangan saya pada lingkup organisasi di kota saya menempuh pendidikan tinggi. Melihat fenomena yang ada sekarang dimana kesejahteraan bagi marhaen masih sangat jauh, wajar saja jika terlontar pertanyaan kemana kita(saya dan kawan kawan saya) para marhaenis? Bukan mengkritik ideologi nya tapi penggerak ideologi tersebut, melihat kondisi dan situasi seperti yang diajarkan bung karno bahwa untuk menjalankan perjuangan Marhaenisme ini haruslah dengan melihat situasi dan kondisi sosial masyarakat dan juga sedikit memahami apa itu marxisme maka muncullah MDH(Materialisme Dialektika Historis), keadaan negeri Ibu Pertiwi pada kali ini memang sangat memilukan, jika kita berkaca dengan keadaan di kota mungkin seperti tenang tenang saja tapi apakah melihat permasalahan itu elok hanya dari satu sisi?. lalu kemana para marhaenis itu? Yang saya alami mereka para marhaenis sudah lupa akan ikrar yang dengan lantang digaungkan, slogan Marhaen! Menang! Seakan hanya jadi penghias ketika diskusi tapi tidak termaktub dalam hati dan harus diperjuangkan. Marhaenis sibuk dengan dunianya sendiri, dengan tugas tugas kuliah, dengan kerja kerja organisasi Internal yang justru terkungkung dibalik pagar kawah candradimuka. Bagaimana saya bisa mengatakan seperti itu? Sekali lagi keadaan itu adalah keadaan yang ada di sekitar saya, keadaan yang saya lihat hampir selama 3 tahun belakangan ini. Sudah malas diskusi, sibuk akan hidup sendiri, lupa akan ikrar siap berjuang bersama para marhaen. Mengaku anak ideologis bung karno tapi tidak mau bergerak dan berjuang di jalan Putra Sang Fajar. Tersadarlah saya dan kawan kawan saya, semoga!
Pada akhirnya, tulisan ini saya buat hanya karena kegelisahan saya akan apa yang saya alami selama tiga tahun belakang ini selama berjuang bersama kawan - kawan saya yang lain, banyak dinamika dalam perjuangan dan organisasi. Saya tetap yakin dan optimis kawan-kawan saya dan juga saya nanti nya akan terilhami bahwa kami memiliki tugas yang sangat berat tapi juga mulia. Saya tidak masalah dengan kawan - kawan yang tidak sepakat dengan pendapat saya, pun saya juga tidak akan melarang kawan-kawan yang ingin mengkritik tulisan saya. Maka jika kawan - kawan pembaca ada yang tidak sepakat dengan yang saya tuliskan diatas sampaikan lah kepada saya langsung atau melalui kolom komentar dibawah. Mari Menulis! Tabik.
MERDEKA!
Comments
Post a Comment