MENANTI BERLALUNYA BADAI INI

...
Kesuraman menghantam bumi ketika beranjak dari tahun 2019 berjalan 2020. Bagaimana tidak, baru berjalan 3 bulan periode tahun 2020 sudah serasa bertahun-tahun berjalan di atas pecahan kaca. Terkhusus untuk Indonesia, tahun 2020 seakan menjadi puncak (atau hendak menuju puncak) dari rentetan kondisi situasi yang panas, dua tahun ke belakang memang menjadi tahun yang sangat melelahkan bagi bumi pertiwi, Negara yang terbelah dua hanya karena beda pilihan politik, bencana alam dimana-mana, perhelatan demokrasi yang menguras tenaga juga berkorban nyawa yang sangat - sangat banyak, pusingnya para aktivis dengan tindak tanduk pemerintah yang semakin edan sehingga muncul gerakan #Reformasidikorupsi dari berbagai elemen sebagai bentuk kasih sayang rakyat kepada pe-merintah, Omnibus Law yang super duper Ngawur, RUU yang penting tidak jua kunjung dibahas, hamil karena berenang, banjir ibukota, korupsi tak juga hilang, kasus HAM tak jua selesai, dan sekarang Covid-19 dibumbui dengan perbedaan pendapat antara pemerintah pusat dan daerah, belum lagi berbagai cuitan para menteri yang membuat gaduh suasana kepanikan ini. Lelah bukan membaca sedikit rangkaian kejadian selama 2 tahun belakang ini, belum ditambah dengan kasus kasus Kemanusiaan, Lingkungan, Papua tak kunjung selesai, dan kasus di daerah-daerah. Huh, sungguh melelahkan bukan menjadi rakyat Indonesia.
...
"Percayalah hati lebih dari ini, pernah kita lalui. Takkan lagi kita mesti jauh melangkah, nikmatilah lara". Penggalan reff lagu milik Float berjudul Sementara seakan menjadi oase di tengah kelelahan yang dialami rakyat Indonesia, percaya bersama bahwa hati kita kuat dan mampu melewati semua kelaraan ini dan percaya semua hanya sementara saja. Tapi rakyat Indonesia juga tidak bisa hanya dihibur oleh lagu, perut tidak kenyang hanya mendengarkan lagu di tengah imbauan #Dirumahaja yang digalakkan oleh Pemerintah demi memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 tapi tidak disertai dengan suplai kebutuhan pokok rakyat, seakan pemerintah lupa atau hanya pura-pura lupa kalau rakyat Indonesia juga butuh nasi untuk kenyang, tidak hanya butuh imbauan #Dirumahaja yang sangat ramai di media sosial, siapa peduli #Dirumahaja jika hidupnya hanya dihabiskan di jalanan? Siapa peduli jika berurusan dengan periuk nasi orang banyak? Rakyat tidak bisa kenyang hanya mendengar lagu Float - Sementara atau lagu milik Alm. Chrismansyah Rahadi berjudul Badai Pasti Berlalu, rakyat butuh solusi di tengah kebingungan dan ketakutan atas pandemi Covid-19 ini, mereka juga ingin Covid-19 ini segera menghilang dengan tetap di rumah aja, tapi apakah di rumah aja bisa menghasilkan uang? Lain halnya jika pesugihan sejenis babi ngepet dihalalkan, tentu rakyat tak perlu takut bermodalkan lilin untuk mencuri uang mereka sendiri yang dicuri para wakil nya bukan? 
...
Tapi hal itu sangat dilarang oleh agama, jadi bukanlah sebuah solusi. Lantas harus seperti apa solusinya? Tidak ada lagi cara! Tidak! Tidak ada! Pemerintah sudah terlambat sangat jauh karena oleh Covid-19 sudah diberi waktu selama 2 bulan untuk persiapan sebelum kunjungannya ke Indonesia, eh malah Menteri Kesehatan mencla mencle menganggap Covid-19 ini gak akan sampai ke Indonesia tanpa alasan yang rasional sedikitun. Giliran Covid-19 ini bertamu ke Indonesia, baru kelabakan. 
...
Kasus ini persis kaya sikap seorang anak SMP atau SMA yang besok senin mau upacara tapi tidak menyiapkan perlengkapan upacara seperti dasi, topi, kaos kaki putih, dan seragam di malam harinya lalu baru kelabakan dan kebingungan mencari semuanya esok pagi yang mengakibatkan terlambat sekolah terus di hukum oleh guru BK berdiri di barisan lain atau dijemur di bawah teriknya matahari.
...
Serupa bukan kasusnya? Pemerintah sudah diberi peringatan oleh banyaknya berita yang beredar di luar negeri tapi masih leyah-leyeh aja. Seorang siswa ini juga bak pemerintah, sudah diingatkan oleh Ibunya untuk menyiapkan semua seragam hari senin untuk upacara dari malam hari,  malah tidak menghiraukan peringatan itu dan lanjut bermain gawai sampai tersadar esok pagi bahwa semuanya belum disiapkan dan tidak tahu dimana letak posisi seragam yang dibutuhkan (kita pasti pernah mengalami hal ini). 
...
Solusinya adalah potong gaji para wakil rakyat yang kerjanya hanya tertidur tenang di ruang rapat itu bersama gaji para menteri, gubernur, bupati serta reng-rengannya untuk mencukupi kebutuhan pokok rakyat selama masa social distancing dan physical distancing. Tidak bermaksud menyalahkan pemerintah karena kondisi seperti ini tidak layak untuk mencari kambing hitam, tapi pemerintah seharusnya bisa berkaca pada kasus yang terjadi di Luar Negeri sana sehingga seharusnya bersiap untuk menghadapi Covid-19 bukan justru berargumen bahwa Covid-19 tidak akan masuk ke Indonesia tanpa ada kajian atau analisis (kalah sama mahasiswa yang suka kajian isu). 
...
Jika solusi itu tidak bisa dilaksanakan maka solusi terakhir adalah Rakyat bantu Rakyat, dimana sesama rakyat harus saling menjaga seperti etika saat demonstrasi bahwa sesama massa aksi harus saling menjaga, solidaritas di atas status quo! Yang mampu mari membantu yang tidak mampu, apapun itu! Mari bantu mereka yang tidak tahu bagaimana cara mencegah penyebaran virus Covid-19 ini, sekaligus beri mereka kesadaran bahwa negara hanya lebih peduli pada ekonomi bukan pada rakyat nya, rakyat hanya dipandang sebagai angka perekonomian dan angka perpolitikan tak lebih dari itu, membangun kesadaran secara terstruktur dan mengorganisirnya. 
...
Itulah solusi yang layak untuk digunakan saat ini, bukan malah memilih darurat sipil seakan lari dari tanggung jawab untuk menanggung semua kebutuhan pokok rakyatnya. Terlepas dari itu semua, mari kita sama-sama berdoa dan berharap sembari bergerak agar semua prahara ini cepat berlalu, menanti lewatnya badai ini agar tak perlu melangkah terlalu jauh di tengah kepanikan, badai pasti berlalu dan kita bisa lewati ini bersama, yakinlah dan bantu sekitarmu untuk tetap memiliki asa bahwa semua prahara ini akan selesai dan kita akan menjalani tahun 2020 ini dengan tenang tanpa ada ketakutan yang muncul

Comments

Popular posts from this blog

QUARTER LIFE CRISIS

Anak Rantau "Wabah dan Kerinduan"

Cintalaksana 1