Resensi Bumi Manusia

Bumi Manusia adalah karya Roman Tetralogi milik Pramoedya Ananta Toer yang cukup fenomenal di dalam dunia sastra Indonesia. Roman ini adalah Tetralogi Pulau Buru milik Pramoedya ditulis setelah dirinya keluar dari tahanan Pulau Buru, sebelum menulis Pram menceritakan isi dari Tetralogi ini pada sesama tahanan yang ada di Pulau Buru. Pram semasa dulu sangat sering dijebloskan kedalam tahanan meski tanpa melalui pengadilan, salah satunya adalah tahanan di Pulau Buru dari tahun 1969 – 1979. Meski Pram ditahan dalam penjara tetapi ia tidak pernah lepas dari kegiatan menulis, karena bagi dirinya Menulis adalah kegiatan Pribadi dan Nasional, ia selalu konsisten dengan pilihan hidupnya, berkali-kali karya-karyanya yang sudah diterbitkan dilarang dicetak oleh negara karena dianggap memiliki faham atau ajaran Marxisme dan Komunisme, diantaranya karya Tetralogi Pulau Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kacar) adalah karya yang sempat dilarang beredar oleh pemerintah Indonesia.
Roman Bumi Manusia ini dibuat oleh Pram menggunakan latar pada akhir abad 18 dengan sangat detail baik dari suasana yang sangat apik. Lokasi atau latar tempat yang digunakan didalam Roman ini yaitu Wonokromo di awal abad 19, yang merupakan kawasan perkebunan tebu, Surabaya, Blora. Penggambaran suasana yang dibuat oleh Pram membuat seakan pembaca masuk kedalam cerita yang didalam Bumi Manusia ini. Bumi manusia memiliki tokoh utama bernama Minke, seorang keturunan Jawa yang sering dihina oleh para Penjajah karena kulitnya yang menonjolkan ciri khas Pribumi. Minke adalah salah satu anak dari Bupati di kota B, karena status anak bupati ini membuat Minke dapat  bersekolah di H.B.S (HOGERE BURGER SCHOOL)  sekolah setingkat SMA dan pada saat itu hanya segelintir pribumi yang mampu untuk sekolah di HBS ini.
Minke yang sekolah di HBS yang mayoritas pergaulannya adalah Belanda membuat Minke terbawa akan pergaulannya, ia menjadi pengagung kemewahan Eropa, ia lebih menonjolkan Budaya Eropa ketimbang Tradisi Nenek Moyangnya yaitu adat Jawa, kelakuan Minke ini membuat ayah nya yang adalah tokoh terpandang geram karena Minke lebih mengagungkan Eropa daripada Jawa, akan tetapi kegeraman sang Ayah diredam oleh Ibunda Minke yang selalu mendukung keputusan Minke demi cita-cita Minke. Pada masa ini, Minke menjadi Pemuda yang bimbang akan jati diri nya, seorang Pribumi tapi Pengagung Eropa.
Selain Minke ada tokoh lain yang diceritakan oleh Pram dalam Roman ini guna mendukung jalan cerita. Adalah Robert Suurhorf seorang kelahiran Belanda yang adalah teman dari Minke dan juga sekaligus sebagai Lawan, ia akan menggunakan semua cara guna mendapatkan keinginan nya. Pada suatu hari, Robert Suurhorf mengajak minke berkunjung ke rumah Keluarga Mellema, Keluarga ini adalah salah satu keluarga terpandang pada saat itu. Saat berkunjung ke rumah Mellema ini, Minke diperkenalkan pada Robert Mellema dan Annelies adiknya, serta dikenalkan kepada Nyai Ontosoroh yang tak lain tak bukan adalah ibu dari Robert Mellema dan Annelies. Sebutan ‘Nyai’ pada zaman kolonial dulu adalah sebutan yang sangat rendah bagi seorang perempuan, rendah karena pada saat itu sebutan tersebut hanya ditujukan kepada seorang wanita yang diangkat menjadi gundik oleh orang Belanda, gundik sendiri adalah Wanita Simpanan yang dimiliki oleh orang belanda, dan Nyai Ontosoroh adalah salah seorang Gundik dari seorang Raja Belanda, meski tidak dinikahi secara resmi, tetapi bisa tinggal serumah bahkan melahirkan anak dari perkawinan tidak resmi dengan Herman Mellema yang tidak lain adalah seorang kaya raya pemilik sebuah perusahaan dan bisnis yang sangat besar. Nyai Ontosoroh meski hanya seorang Gundik dan dipandang hina, tapi ia justru mampu bersaing dengan para Belanda lainnya, ia mampu memimpin perusahaan milik Herman Mellema berbekal Pengetahuan dan Kepandaian ala Eropa yang ia miliki. Nyai Ontosoroh ini mampu menjadi orang pribumi yang mampu memerintah orang eropa dan membayar pengacara dimana pada saat itu kelakuan tersebut hanya dapat dilakukan oleh orang eropa terpandang saja. Berkat kepandaian Nyai Ontosoroh ini membuat minke sangat kagum akan sosok Nyai Ontosoroh, pun berbalas dengan baik Nyai Ontosoroh sangat kagum terhadap sosok Minke bahkan Nyai Ontosoroh meminta untuk Minke tinggal saja di Rumahnya atau untuk terus main ke rumah keluarga Mellema ini. Annelies, adalah sosok anak bungsu yang menjadi sorotan pada roman Bumi Manusia ini, keluguan nya dan kecantikan nya bersatu menjadi satu kesucian yang sangat indah, sifat ini membuat Minke terkagum-kagum bahkan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Annelies, sifat lain yang membuat Minke jatuh cinta adalah karena keinginan dari Annelies untuk menjadi Pribumi asli dan kerja keras yang diturunkan oleh sang Ibu Nyai Ontosoroh berbanding terbalik dengan kakaknya Robert Mellema yang justru sangat ingin menjadi Eropa Tulen seperti sang Ayah walau sang ayah sudah tidak memerdulikan apapun bahkan dirinya sendiri dan keluarga.
Semenjak kunjungan perdana Minke ke rumah Mellema ini, membuat Minke selalu terbayang bayang akan sosok Annelies dan selalu muncul keinginan untuk bertemu dengan Annelies maupun Nyai Ontosoroh. Pada akhirnya, Minke selalu berkunjung ke rumah Annelies guna bertemu dan bercakap-cakap dengan Annelies maupun Nyai Ontosoroh. Hingga akhirnya Minke pun benar-benar jatuh cinta dan memiliki niat untuk menikahi Annelies dan bahkan Minke pun sudah tinggal satu rumah di rumah Nyai Ontosoroh. Semenjak keputusan yang diambil minke itu membuatnya mulai kedatangan beberapa masalah yang pelik. Salah satu nya adalah tentangan dari sang ayah, sang ayah menentang karena Latar Belakang Nyai Ontosoroh yang seorang Gundik dan dianggap sangat hina oleh masyarakat. Selain itu, dari pihak sekolah pun memutuskan mengeluarkan Minke karena alasan moral.
Meski sudah dikeluarkan Minke tetap bisa bersekolah kembali karena tulisan yang sudah ia buat dan membuat pihak sekolah memanggil kembali Minke untuk sekolah di HBS. Minke pun tetap sekolah dan tetap menikahi Annelies serta hidup satu rumah dengan Annelies serta Nyai Ontosoroh. Akan tetapi, tantangan sebenarnya yang harus dihadapi oleh Minke adalah ketika kedatangan seorang Belanda Maurits Mellema yang mengaku sebagai anak resmi dari pernikahan yang resmi juga ayahnya Herman Mellema. Maurits Mellema datang ke kediaman Nyai Ontosoroh guna meminta kembali semua harta kekayaan milik Maurits Mellema yang sudah dikelola oleh Nyai Ontosoroh.
Pengadilan Belanda memutuskan bahwasannya yang berhak mengambil alih semua Harta milik Herman Mellema adalah Maurits Mellema, karena pengadilan memutuskan bahwa pernikahan Nyai Ontosoroh dan Herman Mellema, Minke dan Annelies tidak sah. Karena semua harta milik Herman Mellema dimenangkan oleh Maurits Mellema, maka pengadilan memutuskan Annelies pun harus ikut ke Belanda. Pada saat perjalanan menuju Belanda ini, Annelies yang dipisahkan secara paksa dari Ibu dan Suaminya pun harus jatuh sakit. Sungguh miris hukum yang dibuat oleh manusia membuat seorang anak manusia yang lemah tak berdaya harus dipisahkan dari sumber kehidupannya, miris pun terjadi ketika Nyai Ontosoroh dan Minke yang tidak lain adalah masyarakat asli Bangsa ini tapi tidak bisa membela dirinya sendiri diatas Bumi nya sendiri dan hukum yang ada di Bumi Nusantara ini justru dikuasai oleh para orang Eropa dan bisa berbuat sesuka mereka. Roman karya Pram ini sangat apik dalam menceritakan nasib perjalanan masyarakat ini menuju menjadi Bangsa yang bersatu guna kebangkitan Nasional, dalam roman ini menceritakan kisah peran penting Minke dalam kebangkitan Bangsa Indonesia, dan roman selanjutnya menceritakan perjuangan cinta Minke dan Annelies serta perjuangan melawan tamaknya kekuasaan Belanda di Indonesia ini. Roman Bumi Manusia menceritakan kisah Bumi yang ditempati oleh partikel kecil bernama Manusia.

Comments

Popular posts from this blog

QUARTER LIFE CRISIS

Anak Rantau "Wabah dan Kerinduan"

Cintalaksana 1