Cara terbaik membahagiakan adalah merelakan.

Halo September,
Izinkan aku sedikit bercerita kenang keluh kesah selama 2018 ini, rasanya sedikit bosan jika terus menerus ditumpahkan dalam puisi. Jadi sedikit curhat di blog ini mungkin tidak masalah,  semoga ini menjadi awal niat untuk mengabadikan seseorang dalam karya.


Tahun 2018, seperti entah tahun terbaik entah tahun tersedih bagiku.  Awal tahun disumpah Jabatan memegang amanah untuk kepentingan seluruh umat mahasiswa di tingkat fakultas. Sungguh sebuah capaian yang cukup membanggakan, hidup di perantauan tapi mampu menaklukan. Semenjak terpilih,  diri ini sudah seperti memilih jalan sendiri bahwa untuk satu tahun ini hak untuk berbahagia tidak diutamakan, karena harus menjalankan kewajiban yang sudah diamanahkan. Rasanya untuk memikirkan bahagia itu terlalu sempit waktunya, yang dipikiran hanya bagaimana roda organisasi berjalan menuju puncak.

Tapi, semua berubah seketika ada sela waktu yang membuat aku bisa mengenal seorang wanita sebutlah dia Mawar. Mawar ini kukenal melalui media sosial 'I' dan sampai dekatpun melalui media sosial itu. Entah kenapa semua pilihan diri untuk tak berurusan dengan cinta tiba tiba hilang, bertemu mawar ini membuat aku merasakan ada yang berbeda dari yang sudah-sudah,  dimulai dari sifat keras egois nya, sifat cueknya, caranya tertawa, pemikirannya, tapi yang utama dari itu semua adalah senyumnya. Bisa kukatakan aku jatuh hati walau hanya memandang foto mawar ini. Berjalannya waktu, aku dan mawar sudah sedekat nadi saling berbagi cerita dan memang dia berbeda dari semuanya. Aku bertemu sosok Wanita yang sifatnya pun hampir serupa keras denganku. Tapi lagi-lagi entah kenapa setiap langkah dengan mawar ini selalu kujadikan pembelajaran untuk hidup.

Sebulan, dua bulan kami sudah sering dekat diawali sebuah puisi Sajak Untuk Maharani. Terkesan lucu, di era modern ini masih ada wanita yang menyukai puisi, kata-kata. Dari puisi pertama itu sampai kesekian puisiku di blog ini mawar selalu menjadi pemeran utama dengan segala kisahnya. Inisial 'ra', itu aku sematkan untuk menggambarkan bahwa mawar selalu hidup didalam puisi-puisiku. Mawar pernah berujar, nanti diakhir masa perkuliahannya ia ingin membuat satu buah buku yang isinya adalah kumpulan puisiku tentang dia, ah masih sebatas cita-cita. Ada yang berbeda dari mawar ini, ia paling tidak suka jika aku terlibat perpesanan dengan wanita lain selain dia,  alasannya karena masa lalunya yang tak baik membuatnya menjadi traumatik. Ini sangat berlawanan dengan sifatku yang dalam sehari-hari disebut 'jendil' karena banyak dekat dengan wanita lain. Hampir berkali-kali ribut, berantem, sampai ada tangis dan keluar kata pisah gara-gara semuanya ya sifat 'jendil' ini.

Tiga bulan, Empat Bulan. Masa-masa hubungan yang mulai menemui tembok tinggi, mulai menemui masalah sebenarnya. Kami tak dibolehkan menjalin kasih karena Agama. Ini bagiku hal yang biasa, sudah berkali-kali dihantam masalah ini,  tapi entah dengan  mawar ini aku justru merasa dia harus aku perjuangkan walau memang ada tembok tinggi didepan kami. Mawar sempat memilih untuk mundur dengan alasan sudah tidak mungkin lagi untuk diperjuangkan, karena sifatnya yang tak suka dipaksa maka aku hanya bisa pasrah,  semua harus kandas ketika aku sudah mulai menjadikan mawar ini dunia ku. Tapi, ditengah waktu mawar memilih kembali karena ingin menemaniku menyelesaikan studiku di kota orang ini.

Empat bulan, Lima sampai enam bulan. Aku sudah berkali-kali menyatakan cinta untuk menjadikan mawar ini pacar,  tapi berkali-kali pula dia menolak. Bagi kami itu adalah sebuah candaan, disela hobi kami yang suka membaca buku walau tak teratur kami tetap saling memotivasi. Ada satu hal yang sedikit aku bukan tidak suka tapi cemburu katakanlah seperti itu disaat mawar ini menceritakan semua hal yang berbau dengan gunung, hobi mawar selain koleksi buku ya naik gunung. Aku cemburu karena aku tak mampu ada disampingnya, dan cemburu karena hampir berapa kali mawar naik gunung dengan temannya yang dominan pria semua. Tapi disini uniknya, Aku justru penasaran juga dibuat mawar dengan pengalaman nya naik gunung. Ada yang aneh juga yang sedikit tak aku suka dari mawar, dia tidak suka aku terlibat perpesanan dengan wanita lain,  tapi dia justru terlibat perpesanan dengan pria lain. Berapa kali aku memergokinya seperti itu, tapi entah aku memang mungkin marah hanya saja aku tetap selalu ingin dekat mawar. Rasanya jauh dari mawar adalah sebuah ketidaknyamanan.

Tujuh bulan, delapan bulan, hingga kini.
Rasanya lucu bercerita perjalanan kisah kami, tak ada status tapi saling menyayangi. Berkali-kali aku mengulangi kesalahan,  dan puncaknya adalah di bulan kedelapan tahun ini. Aku yang tengah diterpa banyak masalah,  tekanan dan lainnya tak sempat mencurahkan semuanya pada mawar, akhirnya aku memilih jalan pintas yaitu mengonsumsi alkohol dan melampiaskannya menggoda wanita lain. Mawar mengetahui ini, dan pada saat itulah sampai detik ini semua sudah terasa berbeda, memang kami masih dekat tapi kurasa ada tembok lain yang menghalangi kami. Semenjak kejadian itu,  sifat cuek milik mawar ini benar-benar meningkat drastis, aku tak pernah memermasalahkan karena ini adalah resiko yang harus diterima. Sampai pada titiknya,  aku rasa semua sudah tak bisa dipaksakan,  aku sudah menjadikan dunia yang tak mau dijadikan dunia. Aku mau semua keluh kesahku dari permasalahan organisasi intern maupun ekstern, Pertemanan,  Perkuliahan,  Keluarga, sampai penyakit lama yang kembali kambuh itu kuceritakan cuma pada mawar, dia inginku tak usah ikut memikirkan hanya cukup menjadi pendengar dan tempat pulang paling nyaman bagiku. Tapi sekarang ada hal yang menyadarkan bahwa tak semua ingin harus dipaksakan,  aku terlalu ambisius membuat mawar bahagia tapi tidak melihat kondisi, mungkin yang tepat kali ini adalah cara terbaik membahagiakan adalah merelakan. Aku tetap menyayangi mencintai mawar, bahkan ada niat mengabadikannya dalam karya-karya ku selanjutnya, tapi terbentur dengan banyaknya polemik yang mulai menyerbu jadi aku rasa menunda untuk beberapa waktu kedepan. Aku tetap mencintai mawar, entah terserah kalian mengiranya aku lebay, tapi bagiku setiap manusia punya caranya masing-masing dalam mengungkapkan sebuah rasa.

Comments

Popular posts from this blog

QUARTER LIFE CRISIS

Anak Rantau "Wabah dan Kerinduan"

Cintalaksana 1