Nasihat Tersurat.

Suatu hari ada seorang anak kecil sedang duduk sendiri disebuah taman. Ia duduk di sebuah kursi panjang tepat ditengah taman kota itu. Hari itu sangat cerah, tak hujan juga tidak terlalu panas. Anak kecil itu sudah dua jam duduk di kursi itu tanpa satu hal pun ia perbuat terkecuali memandangi setiap insan yang lalu lalang didepannya. Dalam hati anak itu berkata, kenapa semua manusia seperti sangat sibuk sekali? Apa yang mereka cari?. Tapi ia masih terlalu belia untuk mengerti hal itu hingga akhirnya sang anak itu memutuskan untuk pulang.

Keesokan harinya,
Anak itu kembali duduk di tengah taman kota itu masih dengan dua pertanyaan yang mengusik pikiran nya. Terus menerus pertanyaan itu mengganggu rasa ingin tahu nya. Hingga akhirnya ia tak tahan dan memutuskan untuk bertanya pada seseorang yang sedang berjalan dengan cara menghadangnya.
"heii, apa yang kau lakukan bocah? menyingkirlah!"
"Izinkan aku bertanya, maka aku akan menyingkir"
"baiklah, cepat tanya apa yang ingin kau tanya"
"Kenapa kalian tampak sibuk sekali? apa yang kalian cari?"
"aku bangun pagi mendahului mentari untuk pulang petang sekali didahului sang senja, itu semua kulakukan demi masa tua yang gembira"
Sang anak menyingkir, tapi ia masih kebingungan dan tak menemukan jawaban apapun. Hari itu pun ia pulang dengan tanpa membawa hasil apapun.

Pada hari selanjutnya dan seterusnya ia selalu kembali ke taman itu dan melihat pemandangan, pertanyaan, dan jawaban yang sama. Ia melihat semua manusia berjalan menunduk, dan ada yang berlari tergopoh-gopoh, semua yang lalu lalang itu acuh tak acuh dengan sekitar seakan mereka hidup hanya terpaku satu pandangan kedepan. Sang anak yang mulai kelelahan dan pasrah atas semua kebimbangannya pada hari itu ia melihat pemandangan berbeda, di tengah taman itu ia melihat seorang kakek yang juga sedang duduk sama seperti dirinya tapi kakek itu tidak terlihat aroma kebingungan seperti yang ia alami.

Sang anak penasaran, iapun memberanikan diri untuk mendekati kakek itu. Sesampainya dikursi sang kakek ia yang penasaran langsung bertanya.
"apa yang kau lihat sampai membuat kau tersenyum amat bahagia? sedang yang kau lihat hanya sekelibatan manusia individu yang acuh tak acuh terhadap lingkungannya"
"perlu kau ketahui nak, aku dulu sempat sebentar menjadi seperti mereka, aku terus bekerja dengan harapan bisa ada tabungan untuk hari tua, aku sempat menjadi cuek seperti mereka, tak peduli pada sekitar. Tapi itu tidak lama, aku tersadar secara tiba tiba nak"
"apa yang membuatmu sadar?"
"Keadaan nak."
"Maksudmu?"
"Ya, aku disadarkan oleh Tuhan melalui keadaan; bahwasannya hidup itu adalah sebuah perjalanan yang singkat, hiasi hidup singkat ini dengan mencari dan mengumpulkan setiap momen momen yang spesial, yang terbaik, untuk nanti dikenang dan dijadikan cerita pada penerus generasi. Jika hidup seperti orang yang acuh tak acuh ditaman ini nanti masa tuamu hanya akan berisi kelelahan, penyakit yang sudah ditabung sejak masa muda. Aku saat itu tersadar, aku tidak ingin terus terusan seperti mereka semua, dan pada akhirnya aku selalu berusaha disela kesibukanku aku usahakan mencari momen yang indah agar hidupku tak monoton. Pesan untukmu nak, Hiduplah diantara momen momen terbaik hingga mencapai hidup yang arif dan suci."

Sang anak kecil itu akhirnya berpisah dengan kakek misterius itu. Ia pulang tapi kali ini dengan jawaban yang bisa mengusir rasa penasarannya selama ini. Ia berfikir bahwa hidup memang sudah digariskan semuanya oleh Tuhan, tapi Tuhan juga menyediakan momen momen baik indah atau buruk disisi garis yang Dia buat, sebagai manusia haruslah memanfaatkan momen-momen itu agar hidup tak monoton dan mencapai akhir hidup dimasa tua yang tak terlupakan serta kembali pada asalNya dengan kearifan dan Kesucian. Tamat

Comments

Popular posts from this blog

QUARTER LIFE CRISIS

Anak Rantau "Wabah dan Kerinduan"

Cintalaksana 1