Buku BUNG KARNO : PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT

"Demi pengertian terhadap Soekarno dan bersamaan dengan itu pengertian yang lebih baik terhadap Indonesia-ku tercinta"


Buku ini merupakan biografi Ir. Soekarno yang ditulis oleh seorang wanita bernama Cindy Adams. Buku ini ditulis guna menceritakan kehidupan Soekarno dari sudut pandang beliau karena banyak sekali pro dan kontra selama masa hidup beliau. Pada lembar kedua buku ini  terdapat sebuah kutipan yang  mempertegas pernyataan saya tersebut, yakni "Demi pengertian terhadap Soekarno dan bersamaan dengan itu pengertian yang lebih baik terhadap Indonesia-ku tercinta".

Banyak yang berpendapat bahwa Presiden Soekarno memimpin Indonesia seperti raja-raja Jawa pada umumnya karna sifatnya yang suka menikahi lebih dari satu wanita. Saya sempat terkejut setelah membaca buku ini, karena dalam buku ini dijelaskan bahwa pendapat tersebut adalah kenyataan yang sebenarnya. Soekarno sendiri juga mengaku bahwa dia lemah terhadap wanita. Dia sangat menyukai wanita dan tidak dapat hidup tanpa kasih sayang seorang wanita. Bung Karno pada awalnya tidak mau menulis biografi tentang kisah hidupnya, tetapi setelah bertemu dengan Cindy Adams beliau berubah pikiran. Beliau menjadi mau menulis biografi tentang kisah hidupnya, tetapi dengan syarat bahwa beliau harus mengerjakannya dengan Cindy Adams.

Kisah Hidup

Buku ini menceritakan kisah hidup Bung Karno dari mulai beliau lahir hingga berumur 64 tahun. Pada masa mudanya, beliau merupakan orang yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Dalam usianya yang masih muda, beliau sudah membaca banyak buku-buku nasionalisme dan juga sering mendengarkan tokoh-tokoh naisonalis berdiskusi saat beliau tinggal di rumah Bapak Cokroaminoto. Setelah lulus SMA, Beliau melanjutkan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi Bandung. Disana Bung Karno sudah berumur 20 tahun dan rasa sukanya terhadap politik semakin tinggi, bahkan sudah matang. 

Bertemu Marhaen

Pada suatu pagi yang cerah, Bung Karno bangun dengan keinginan untuk tidak pergi kuliah. Beliau terlalu sibuk dengan politik sehingga tidak tertarik untuk pergi kuliah. Akhirnya beliau berkeliling dengan sepedanya dan bertemu dengan seorang petani yang bernama Marhaen. Petani tersebut bekerja pada tanahnya sendiri, hasilnya juga untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun, hasil panen dari tanahnya tersebut tidak terlalu banyak sehingga ia tidak dapat mempekerjakan orang lain untuk bertani di tanahnya tersebut. Petani ini memiliki tanah, memiliki alat produksi, tidak mempekerjakan orang, dan mempunyai rumah sendiri tetapi hidupnya sangat melarat dikarenakan kebijakan sistem Belanda yang menguras pendapatan rakyat Indonesia. Mulai sejak itu, Bung Karno menamai rakyat Indonesia dengan sebutan "Marhaen". Sampai saat ini Bung Karno juga dikenal dengan ideologinya yang bernama "Marhaenisme", sebuah ideologi yang memperjuangkan kaum Marhaen. Seorang Marhaen adalah orang yang memiliki alat-alat yang sedikit, orang kecil dengan milik kecil, dengan alat-alat kecil, sekedar cukup untuk dirinya sendiri tapi tidak dapat merasakan hasil jerih payahnya sendiri karena sistem yang tidak berpihak pada dirinya sendiri.

Panggung Pertama Radicale Concentratie

Di masa perkuliahannya, Bung Karno mulai dikenal orang banyak karena beliau melakukan pidato ditempat umum. Beliau pertama kali berpidato pada tahun 1922 pada rapat Radicale Concentratie di sebuah lapangan terbuka di kota Bandung. Rapat ini merupakan rapat besar yang diadakan oleh seluruh organisasi kebangsaan sehingga wakil-wakil dari setiap partai berkumpul bersama. Pidato Bung Karno selalu menyindir imperialisme negeri Belanda, sehingga merulakan hal yang wajar jika setiap beliau berpidato selalu diawasi oleh kepolisian Belanda. Setelah beberapa waktu, Belanda melalukan penangkapan kepada Soekarno karena pidatonya. Nasib baik karena beliau dibebaskan, namun pimpinan Universitasnya mengancam akan mengeluarkan Bung Karno apabila beliau masih berpidato ditempat umum. Karena ancaman tersebut Bung Karno tidak mau menyia-nyiakan kesempatannya dalam memperoleh pendidikan, sehingga beliau tidak berpidato di tempat umum lagi sampai beliau lulus dan mendapat gelar Insinyur.

Sang Singa Podium dan PNI

Setelah lulus, Bung Karno ditawari pekerjaan oleh pemerintah Hindia Belanda karena kepandaiannya, namun beliau menolak dan memilih kembali ke surabaya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Beberapa tahun setelah itu, beliau mendirikan Partai Nasionalis Indonesia (PNI). PNI mempunyai satu semboyan, yaitu "Indonesia merdeka SEKARANG!". Saat menjadi pendiri serta pemimpin PNI, Bung Karno mendapat julukan "Singa Podium" karena kemampuannya dalam membakar semangat masa saat beliau berpidato. Tetapi julukan tersebut belum mampu membawa Indonesia merdeka. Tidak lama setelah PNI didirikan, Bung Karno ditangkap oleh pemerintah Belanda dan dipenjarakan. Alhasil PNI juga dibubarkan karena dinilai mengancam keberadaan Belanda di Indonesia.

Pengasingan dan Perjuangan Kemerdekaan

Demi kemerdekaan Indonesia, Bung Karno rela berkali-kali keluar masuk penjara. Bahkan, beliau juga sudah beberapa kali diasingkan oleh Belanda. Pengasingan memanglah kelemahan Bung Karno, tetapi beliau tidak pernah patah semangat dalam memperjuangkan kemerdekaan. Saat berjuang memperoleh kemerdekaan pun Bung Karno mendapat banyak tekanan. Rakyat tidak sepakat dengan cara Bung Karno yang sangat mempercayai Jepang dalam memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Banyak yang menganggap Soekarno adalah kolaborator Jepang, namun Soekarno membantah hal tersebut dan berjuang sekuat tenaga untuk mencapai kemerdekaan. 
Setelah perjuangan yang begitu melelahkan, pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno dan rakyat Indonesia merasakan kemerdekaan. Teks proklamasi dibacakan oleh Bung Karno dan  setelah itu juga Bung Karno diangkat menjadi presiden pertama Indoneaia dan Bung Hatta sebagai wakilnya. Pada masa kemerdekaan, Indonesia mengalami banyak sekali masalah, dimulai dari Belanda yang melakukan agresi militer karena ingin merebut kembali daerah kekuasaannya di Indonesia, kemudian sifat Amerika yang memusuhi Indonesia karena bersahabat dengan China kemudian Soekarno dianggap komunis, dan juga sikap PBB yang tidak adil terhadap negara-negara yang baru berkembang.

Indonesia di Tangan Bung Karno

Setelah 20 tahun memimpin Indonesia, banyak sekali kemajuan di Indonesia. Jumlah dokter sudah mencapai angka 5.000, ahli farmasi 500, dan terdapat 4.000 buah balai kesejahteraan ibu dan dan anak yang sebelumnya tidak ada sama sekali. Pada masa ini 70 juta rakyat bebas dari penyakit malaria, yang dimana dulu setiap tahunnya 30 juta rakyat harus menderita malaria. Produksi makanan bertambah dua kali lipat, dan Indonesia telah menghentikan impor ikan. Produksi mencapai angka 90 persen dari produksi dunia, yang berarti 20 persen melebihi produksi pada tahun 1950. Dalam bidang militer pun Angkatan Bersenjata Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, kemajuan di bidang pendidikan menduduki nomor satu. Indonesia yang pada awalnya hanya memiliki 32 sekolah menengah, pada saat ini bertambah hingga mencapai angka 2.000. Soekarno juga mendorong gerakan emansipasi wanita, dengan bukti bahwa terdapat menteri perempuan serta lebih dari 100 orang hakim perempuan. Indonesia mengalami kemajuan yang pesat, dan program-programnya berkualitas sehingga menjadi contoh bagi negara Asia Tenggara lainnya.

Perjuangan bung Karno dalam buku ini membuat saya terharu, khususnya pada masa kecilnya. Banyak orang Belanda yang menyakiti perasaannya dulu, tetapi setelah beliau menjadi Presiden, beliau menjadi sosok pemimpin yang bijaksana dan tidak membenci negara manapun yang mau berteman dengan Indonesia. Terima kasih Soekarno, MERDEKA!!!


Penulis Reynaldi Firmansyah Purba adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa Karawang dan Kader Dewan Pengurus Komisariat GMNI FISIP UNSIKA.

Comments

Popular posts from this blog

QUARTER LIFE CRISIS

Anak Rantau "Wabah dan Kerinduan"

Cintalaksana 1